STOCKHOLM - Awalnya seorang profesor dari sebuah universitas di Swedia hanya pasrah setelah laptopnya tercuri. Tidak disangka, sang maling berbaik hati mengembalikan semua isi laptop melalui sebatang perangkat USB.
"Saya sangat bahagia. Meski ia telah mencuri laptop saya, setidaknya saya yakin ia masih memiliki sisi kemanusiaan," ujar profesor yang tidak ingin disebutkan namanya itu, seperti dilansir melalui Telegraph, Selasa (19/10/2010).
Cerita itu bermula ketika profesor yang sekarang mengajar di Umea University tidak sengaja meninggalkan tas laptopnya di belakang pintu tangga apartemennya. Kala itu ia sedang terburu-buru mengambil cuciannya di ruang laundry. Ketika ia kembali semenit kemudian, tas tersebut telah raib.
Tidak berapa lama, masih di hari yang sama, tas tersebut pun kembali, hanya saja tanpa laptop.
"Tas tersebut muncul tiba-tiba di tempat yang sama, lengkap dengan surat-surat, kertas catatan, kalender dan kartu kredit. Hanya laptop yang absen," ujar profesor tersebut.
Meski sang profesor mengaku senang beberapa barangnya telah kembali dengan selamat, ia menyayangkan laptopnya yang masih tidak ditemukan. Pasalnya, dokumen hasil dan catatan kerja yang telah ia buat selama berpuluh-puluh tahun telah disimpan di dalam laptop tersebut.
Rupanya tidak butuh waktu lama bagi si maling untuk menyadari kesalahannya dan mengerti betapa pentingnya isi laptop tersebut. Seminggu kemudian, si maling mengirimkan sebuah USB stick ke rumah sang profesor. Isinya, dokumen hasil dan catatan kerja sang profesor selama puluhan tahun, yang pastinya membutuhkan waktu berjam-jam untuk memindahkannya.
"Dokumen ini adalah hidup saya, berupa hasil kerja dan rekaman apa saja yang telah terjadi dalam hidup saya selama 10 tahun ini," ucap Profesor itu.
"Saya kini mengerti mengapa setiap gadget yang hilang cukup berharga. Ternyata bukan hanya gadgetnya yang dikhawatirkan, konten di dalamnya memang tidak bisa tergantikan," tandasnya.
Jumat, 09 Desember 2011
Selasa, 08 November 2011
Pembuatan Pupuk Organik dari Ampas tebu
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (Anonim, 2007e).
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35 – 40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Husin (2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007b), sehingga ampas tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan
(Husin, 2007).
(Husin, 2007).
Proses Pengomposan
Bahan :
- Ampas Tebu ( sudah dicacad/dicincang halus) 2 - 4 karung
- Kotoran ternak 1 karung
- Serbuk gergaji 1 karung
- Sekam padi 1 karung
- EM4 secukupnya
- Air secukupnya
- Karung goni secukupnya
Cara Membuat:
- Timbuni campuran Ampas tebu, serbuk gergaji dan sekam padi setinggi 25 cm di atas bedengan berukuran 2,5 x 2,5 meter.
- Larutkan kotoran ternak dgan Air jgan terlalu cair dan tambahkan EM4 secukupnya,.
- kemudian siramkan ke tumpukan bahan sampai merata sambil dilakukan pengadukan
- Tutup dengan karung guni yang sudah di basahkan
- Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 7 hari
- Setelah di proses selama 1 bulan kompos biasanya cukup matang.
- Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas pengomposan sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat menggagalkan proses pengomposan.
Langganan:
Postingan (Atom)